Bukan Sekedar Kata-Kata
Tidak ada keraguan bahwa tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata. DaShanne Stokes mengatakan, ”Jika tindakanmu tidak sesuai dengan kata-katamu, kamu tidak perlu mengatakan apa-apa." Tindakan mampu membuktikan siapa seseorang itu sebenarnya, sedangkan kata-kata haya membuktikan siapa yang mereka inginkan. Amit Kalantri mengatakan dengan istilah “Lidah tidak menyelesaikan sesuatu.” Banyak kali tindakan kita lebih jauh berarti daripada kata-kata. Pelukan misalnya bisa mengungkapkan lebih dari yang bisa diungkapkan oleh kata-kata kita.
Walau demikian, kata-kata memiliki dampak dan efek yang tidak dapat diremehkan. Kata-kata bukan sekadar ejaan huruf yang bisa asal bunyi dari mulut manusia. Ia dapat menjadi kekuatan positif bila yang diucapkan positif dan bisa melemahkan, merusak, bahkan membunuh semangat dan mental jika bernada negatif. Maka, lahirlah sebuah ungkapan “think before speak” berpikir sebelum berbicara
Ada sebuah penelitian mengenai kekuatan kata-kata yang dilakukan oleh ilmuan Jepang, Dr. Masaru Emoto. Dalam bukunya The Power of Water, ia menunjukkan bahwa air yang diucapkan atau dibacakan kalimat positif akan membentuk kristal-kristal persegi enam yang sangat indah. Sedangkan air yang dibacakan kalimat-kalimat negatif, kristal pada air tersebut menjadi rusak dan tidak beraturan. Anda bisa bayangkan bagaimana pengaruh kata-kata pada manusia yang 90 persen berupa air.
Ada sebuah teori dalam ilmu Antropologi yang disebut “labelling theory” menyebutkan bahwa identitas atau kepribadian seseorang ditentukan oleh kata-kata apa yang dominan dilabelkan kepadanya. Misalnya, seseorang yang sering mendapat label “si nakal” maka label itulah yang benar-benar terjadi pada dirinya. Apalagi label tersebut sudah diucapkan sejak seseorang masih kecil, maka kata-kata itu telah membentuk kepribadiannya. Lewat kekuatan kata-kata akan terbentuk seseorang dengan kepribadian tertentu.
Dalam Injil, Yesus berdoa bagi mereka yang, melalui pemberitaan murid-murid-Nya, akan percaya kepada-Nya. Jadi, sebagai murid-murid Yesus yang ditugaskan untuk mewartakan Kabar Baik tentang keselamatan dan untuk mewartakan Yesus sebagai Juruselamat, kata-kata kita harus mengandung pesan Allah dan untuk melaksanakan apa yang dimaksudkan untuk dilakukan. Tetapi kata-kata kita bukan hanya tentang artikulasi atau kefasihan. Sebenarnya, agar perkataan kita membawa pesan keselamatan, kita harus bersatu dengan Roh Kudus yang akan memberdayakan kita dan perkataan kita dengan kebenaran.
Dalam bacaan pertama, kata-kata Rasul Paulus itu membuat musuh-musuhnya bingung. Tetapi kata-kata itu tentu saja diberdayakan oleh Roh Kudus. Oleh karena itu, marilah kita meminta Roh Kudus untuk memenuhi hati kita sehingga dari kepenuhan hati kita, mulut kita akan mengucapkan firman Tuhan.
Posting Komentar