Panggilan untuk Memilih Kasih di Atas Segala-Galanya
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Dalam Injil Markus 3:1-6, kita mendengar kisah Yesus yang menyembuhkan seorang yang tangannya lumpuh di dalam rumah ibadat pada hari Sabat. Ketegangan muncul ketika orang-orang Farisi memperhatikan dengan saksama, menunggu apakah Yesus akan menyembuhkan pada hari Sabat. Mereka ingin menemukan alasan untuk menyalahkan-Nya.
Yesus, dengan kasih dan keberanian, menghadapi mereka dengan pertanyaan tegas: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuhnya?" (ay. 4). Ketika mereka tidak menjawab, Yesus, dengan hati yang sedih melihat kekerasan hati mereka, menyembuhkan orang itu.
Dari kisah ini, kita diajak untuk merenungkan tiga hal penting:
1. Kasih lebih penting daripada aturan
Orang-orang Farisi terjebak dalam legalisme, memandang hukum Sabat sebagai batasan kaku yang tidak boleh dilanggar. Mereka lupa bahwa inti dari hukum Allah adalah kasih. Yesus menunjukkan kepada kita bahwa berbuat baik tidak pernah melanggar kehendak Allah, bahkan pada hari Sabat. Dalam hidup kita, apakah kita lebih mementingkan aturan atau tradisi hingga melupakan panggilan untuk mengasihi?
2. Memiliki keberanian untuk melakukan yang benar
Yesus tahu bahwa menyembuhkan orang itu akan memancing amarah para pemimpin agama, tetapi Ia tidak ragu melakukannya karena Ia tahu itu adalah hal yang benar. Kadang-kadang, kita juga dihadapkan pada situasi di mana kita harus memilih antara mengikuti kehendak Allah atau menyerah pada tekanan dunia. Maukah kita meneladani Yesus dengan berani memilih untuk mengasihi, meskipun itu tidak populer atau membawa risiko?
3. Jangan menjadi keras hati
Injil mencatat bahwa Yesus merasa marah dan sedih karena kekerasan hati orang-orang Farisi. Mereka lebih peduli pada aturan daripada pada penderitaan orang lain. Kekerasan hati adalah ketika kita menutup diri terhadap kasih, kebenaran, dan belas kasih Allah. Mari kita bertanya pada diri sendiri: Apakah ada area dalam hidup kita di mana kita menjadi keras hati? Apakah kita mudah menghakimi, lambat mengampuni, atau enggan menolong sesama?
Penutup:
Saudara-saudari terkasih, Yesus mengingatkan kita bahwa kasih adalah inti dari semua hukum Allah. Ia memanggil kita untuk selalu memilih kebaikan, bahkan ketika itu sulit atau tidak nyaman. Mari kita membuka hati untuk menerima kasih Allah dan membiarkannya mengalir melalui hidup kita kepada sesama, sehingga kita dapat menjadi tanda belas kasih Allah di dunia ini.
Amin.
Posting Komentar