Kematian Bukan Akhir, Tetapi Awal yang Baru

Daftar Isi

Bacaan: 

Roma 8:9-15

Lukas 4:16-22 


 


Saudara-saudari terkasih,


Hari ini kita berkumpul dalam suasana duka tetapi juga dalam iman dan harapan. Kita mengenang dan mendoakan saudara-saudari kita yang telah berpulang ke rumah Bapa. Misa arwah bukan hanya sekadar mengenang mereka, tetapi juga menjadi kesempatan bagi kita untuk merenungkan makna hidup, kematian, dan harapan akan kebangkitan.  


Dalam bacaan Injil hari ini (Luk 4:16-22), Yesus berdiri di sinagoga Nazaret dan membaca dari kitab Nabi Yesaya. Kata-kata yang dibacakan-Nya sangat kuat dan penuh makna:  


"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang miskin; Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."


Lalu Yesus menutup kitab itu, menatap orang-orang yang hadir, dan berkata, "Hari ini genaplah nas ini saat kamu mendengarnya."


Bayangkan perasaan orang-orang di sinagoga saat itu. Mereka mungkin bertanya-tanya; Apa maksud-Nya? Bagaimana bisa Yesus, anak tukang kayu yang kami kenal, mengklaim bahwa nubuat besar ini digenapi dalam diri-Nya?


Tetapi di sini, Yesus sedang menyatakan misi-Nya di dunia, yaitu membawa “kabar baik, pembebasan, dan kehidupan baru”  bagi semua orang, terutama mereka yang tertindas dan menderita. Inilah kabar gembira yang juga kita pegang dalam menghadapi misteri kematian.  

Kematian Bukan Akhir, Tetapi Awal yang Baru 

Sering kali, kita melihat kematian sebagai akhir. Kita berduka, kita merasa kehilangan, dan kita bertanya-tanya, "Mengapa Tuhan memanggil orang yang kita kasihi begitu cepat?"


Namun, iman kita mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi awal dari kehidupan yang baru. Santo Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Roma (Rm 8:9-15) menegaskan bahwa kita bukan lagi hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.  


Jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi Roh adalah hidup karena kebenaran. (Rm 8:10)  


Paulus mengingatkan kita bahwa kita bukan sekadar makhluk fana tetapi juga makhluk rohani. Kita diciptakan bukan hanya untuk hidup di dunia ini, tetapi untuk hidup dalam kemuliaan kekal bersama Allah.  


Kematian hanyalah perjalanan pulang menuju rumah Bapa. Seperti seorang anak yang setelah lama merantau akhirnya kembali ke pangkuan orang tuanya, demikianlah jiwa kita kembali ke tangan Tuhan.  

Hidup di Dunia: Persiapan Menuju Kehidupan Kekal

Saudara-saudari, jika kita sungguh percaya bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, lalu bagaimana kita mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal?  


Yesus berkata, Hari ini genaplah nas ini saat kamu mendengarnya. Kata "hari ini" menegaskan bahwa keselamatan bukan sesuatu yang hanya kita pikirkan nanti, tetapi sesuatu yang harus kita jalani sekarang.

Sudahkah kita hidup dalam kasih dan pengampunan?

Apakah kita sudah menjadi orang yang setia kepada Tuhan?

Jika Tuhan memanggil kita hari ini, apakah kita siap?


Sering kali, kita sibuk dengan urusan duniawi dan melupakan bahwa kita adalah peziarah. Kita mengejar harta, jabatan, dan kenyamanan dunia, tetapi lupa bahwa  hidup kita rapuh dan bisa berakhir kapan saja.  


Misa arwah ini mengingatkan kita bahwa kita pun suatu hari akan dipanggil. Maka, marilah kita hidup bukan hanya untuk dunia ini, tetapi juga untuk kekekalan  

Doa Kita bagi Mereka yang Telah Mendahului Kita 

Mengapa kita berdoa untuk arwah orang-orang yang telah meninggal? Karena kita percaya bahwa kasih itu tidak berhenti di dalam kematian.  


Kita percaya bahwa Tuhan itu maha pengasih dan maha penyayang. Tetapi kita juga tahu bahwa manusia tidak selalu sempurna. Oleh karena itu, kita berdoa agar mereka yang telah meninggal, jika masih dalam tahap penyucian, boleh disucikan dan diterima dalam kebahagiaan kekal.


Gereja mengajarkan bahwa doa kita dapat membantu mereka, karena dalam tubuh Kristus, kita semua saling terhubung—yang hidup maupun yang telah meninggal.  


Santo Yohanes Krisostomus pernah berkata:  

Janganlah ragu untuk menolong mereka yang telah meninggal dan mempersembahkan doa-doa kita bagi mereka.  


Doa kita adalah wujud cinta kita bagi mereka yang telah berpulang. Dan suatu hari, saat kita dipanggil Tuhan, kita juga berharap ada orang yang mendoakan kita.  

Kesimpulan: Hidup dalam Roh, Mati dalam Pengharapan

Saudara-saudari yang terkasih, hari ini kita merenungkan **dua hal besar dalam iman kita**:  


1. Kematian bukanlah akhir, tetapi awal kehidupan kekal.  

2. Hidup kita harus menjadi persiapan untuk perjumpaan dengan Tuhan.  


Yesus berkata dalam Yohanes 14:2,  “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Aku pergi ke sana untuk menyediakan tempat bagimu.”


Inilah janji yang kita pegang teguh. Kita berduka, tetapi kita juga berpengharapan. Kita menangis karena kehilangan, tetapi kita juga bersyukur karena percaya bahwa saudara-saudari kita kini berada dalam kasih Tuhan.  


Maka, marilah kita berdoa bagi mereka yang telah mendahului kita, agar mereka diterima dalam kemuliaan Allah. Berdoa bagi kita sendiri, agar kita hidup dalam Roh, dan ketika saatnya tiba, kita pun siap kembali ke rumah Bapa dengan damai.  


Tuhan memberkati kita semua.

Amin.


Posting Komentar