Melepaskan Diri Dari Cengkeraman Materi

Daftar Isi

Bacaan:

Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28
Mat. 21:33-43,45-46



Konflik keluarga akibat harta benda bukanlah sekadar cerita sinetron.


Kita menyaksikannya dalam kehidupan nyata: di berita, dari pengalaman orang sekitar, atau mungkin bahkan dalam keluarga sendiri. Akar perselisihan seringkali terletak pada perebutan uang dan warisan. Persoalan materi bisa merusak ikatan darah, mengubah kasih sayang menjadi dendam, bahkan mendorong tindakan keji—seperti kisah Kain dan Habel, atau Yusuf yang dikhianati saudara-saudaranya karena iri akan mantel berlengan panjang, lambang kasih istimewa ayahnya.  


Uang dan harta bisa menjadi kekuatan namun juga memiliki daya rusak yang mengerikan. Ia bisa membutakan hati, menghilangkan integritas, dan mengikis moral. Lihatlah perumpamaan Yesus tentang penggarap kebun anggur: keserakahan membuat mereka tega membunuh! Ini menjadi peringatan bagi kita semua: betapa mudahnya materi menguasai pikiran, hingga manusia rela mengorbankan sesamanya.  


Lantas, bagaimana melepaskan diri dari cengkeraman materi?

Masa Prapaskah mengajak kita berlatih melalui sedekah. Memberi dengan sukacita—bukan sekadar mengosongkan dompet, tetapi membebaskan hati dari kemelekatan pada harta. Ingatlah: segala yang kita punya adalah titipan Tuhan. Kita hanyalah pengelola, bukan pemilik mutlak.  


Kotak Aksi Puasa Pembangunan hadir sebagai sarana konkret. Melalui dana yang kita kumpulkan, kita tak hanya membantu sesama, tetapi juga melatih diri untuk rendah hati dan peduli. Inilah inti pertobatan sejati: mengubah keserakahan menjadi kemurahan, dan egoisme menjadi solidaritas.  


Mari menjalani Prapaskah dengan semangat baru.

Setiap rupiah yang kita berikan adalah langkah kecil membebaskan diri dari belenggu materi. Dengan begitu, kita bukan hanya mendamaikan hubungan dengan sesama, tetapi juga merawat jiwa agar tetap setia pada nilai-nilai Kristiani: cinta kasih, keadilan, dan kerendahan hati.


Posting Komentar