Keranjaa Allah dan Ucapan Syukur
Daftar Isi
Konon Katanya
Ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa dua malaikat diutus untuk mengumpulkan doa permohonan manusia. Malaikat yang satu diberi keranjang untuk menampung kebutuhan dan permintaan manusia, dan malaikat yang satu lagi diberi keranjang untuk menampung ucapan syukur. Dalam perjalanan kembali ke surga, malaikat yang membawa keranjang berisi kebutuhan dan permintaan manusia itu penuh dan melimpah, sedangkan malaikat yang membawa ucapan syukur manusia itu sedikit dan hanya sedikit yang mengucap syukur.
Itu tidak mengherankan, bukan? Pada umumnya, manusia lebih mementingkan kebutuhannya daripada kebutuhan untuk mengucap syukur.
Dalam Injil, bahkan Yesus menyatakan kekecewaannya karena mereka yang disembuhkan dari penyakit kusta yang menakutkan itu tidak datang untuk mengucap syukur.
Hakikat Orang Kristiani
Dalam bacaan pertama, Santo Paulus memerintahkan Titus untuk mengingatkan umatnya bahwa adalah kewajiban mereka untuk taat kepada para pejabat dan wakil pemerintah.
Jika itu dianggap sebagai kewajiban Kristiani, maka terlebih lagi merupakan kewajiban dan juga hakikat menjadi orang Kristen untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat dan kasih karunia-Nya.
Bersyukur merupakan identitas atau karakter kita sebagai anak Tuhan. Melalui pengajarannya kepada Jemaat Tesalonika, Rasul Paulus mengatakan, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tesalonika 5:18).
Apa lagi yang tidak akan Tuhan berikan karena Dia telah memberikan Putra tunggal-Nya? Kita hanya perlu memberikan sekeranjang penuh rasa syukur dan pujian kepada Tuhan. Pada gilirannya kita akan menerima berkat demi berkat, kasih karunia demi kasih karunia.
Posting Komentar